bagi mahasiswa yang ingin mendaftar secara online sebagai presma dan wapresma STAIN Pontianak periode 2012-2013 silahkan buka menu download
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...Selamat bergabung di Blog BEM STAIN Pontianak. Jadikanlah blog ini sebagai tempat menyambung tali silaturahim, Anda juga dapat mengirimkan artikel, berita seputar kampus, wawasan keagamaan, opini dan saran melalui email : bemstainptk2011@gmail.com....Mari kita wujudkan kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak menjadi pusat Ilmu dan kebudayaan Islam sebagai pilar kebangkitan umat Islam di bumi Khatulistiwa

DOWNLOAD BUKU

TUJUH PULUH PERMAINAN YANG MENYENANGKAN

WELCOME TO STAIN PONTIANAK

merupakan satu-satunya perguruan Tinggi Islam Negeri di Kalimantan Barat, insyaAllah akan menjadi IAIN

GEDUNG PASCA SARJANA

jika ingin melanjutkan S2 mahasiswa STAIN dapat menyambung di sini

GEDUNG UPT

juga disebut gedung teater dapat menampung 200-an digunakan dalam kegiatan seminar,pelatihan,workshop, dan lain-lain

GEDUNG JURUSAN TARBIYAH

Jurusan Tarbiyah memiliki dua program studi (prodi) yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

GEDUNG JURUSAN SYARIAH

Jurusan Syariah memiliki dua program studi (prodi) yaitu Muamalah dan Ekonomi Syariah

GEDUNG JURUSAN DAKWAH

Jurusan Tarbiyah memiliki dua program studi (prodi) yaitu Bimbingan Konseling (BK) dan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 04 Desember 2011

MAHASISWA UNTAN MASUK ISLAM

Tempat: Masjid Nur salim Jalan Gusti Hamzah
Pukul: 19:39 wib

Tiap akhir pekan di masjid Nur Salim sering di adakan kajian keislaman yang sebagai pemateri ustadz Haikal. namun pada hari ini ada yang spesial buat para jamaah. Selepas ba'da isya Ustadz Haikal, menginfokan kepada jamaah bahwa akan ada salah satu hamba Allah akan mengucapkan kalimat syahadat. beberapa menit kemudian majulah seseorang dengan berpakaian kaos putih. prosesi pembacaan syahadat segera dimulai. terlebih dahulu ustadz haikal bertanya kepada yang bersangkutan. pertanyaan yang diajukan seputar motivasi nya masuk islam. usut punya usut ternyata orantua nya sudah dahulu masuk islam. uniknya lagi menurut dia orang tua nya tidak memaksakan untuk mengikuti kedua orang tuanya atau dengan kata orang tuanya memberikan pilihan kepada Anaknya. setelah tanya jawab selesai ustadz Haikal meminta dua orang untuk menjadi saksi adminitrasi yaitu pak warijo dan pak yusuf. selembar kertas berisi surat pernyataan untuk menjadi seorang Muslim sudah tersedia di depan. tak mau kehilangan momen penting ini, para jamaah yang membahwa HP kamera, langsung mengabadikan momen ini, termasuk saya.

Albertus Sedang mendatangani Surat pernyataan
Pembacaan Syahadat dimulai, diawali oleh Ustadz Haikal kemudian diikutinya. ia agak kesulitan, namun beberapa kali dibacakan akhirnya bisa. dan di tutup dengan menerjemahkan kalimat syahadat. Prosesi masuk Islam pun selesai, kemudian para jamaah menyalami beliau.ia bernama Albertus Afendi, ia berasal dari Putus Sibau, di Pontianak ia tinggal jalan di Imam Bonjol kuliah di UNTAN Fakultas Kehutanan semester 3. setelah menjadi Muslim namanya berganti menjadi Muhammad Ali Afendy.

mudah-mudahan hijrahnya beliau menjadikan pemicu kaum muslimin untuk menjalankan ajaran agama secara kaffah bahwa Islam itu agama yang diridhoi Allah.

untuk melihat videonya silahkan lihat di bawah ini:
Prosesi Pembacaan Syahadat

salam-salaman dengan para jamaah masjid nur salim 

sumber: http://www.zonamahasiswa.co.cc
tag: masjid nur salim, pontianak, masuk islam, jamaah, hijrah, ustadz, kajian keislaman

Selasa, 29 November 2011

Pacaran Tanda Lemahnya Karakter

Isu yang begitu disukai oleh para pelajar ataupun mahasiswa yaitu masalah cinta. “Cinta ini membunuhku” , “kekasih gelapku”, “mari bercinta”, begitu lah judul atau bunyi syair dari beberapa grup musik ternama di indonesia. Lagu tersebut cukup diminati bahkan dihafal oleh para remaja. Tak hanya lagu, bahkan di negeri ini yang menganut ideologi pancasila,kalah dengan ideologi sinetron yang mensosialisasikan adegan cinta-cintaan, saking banyaknya bahkan sangat digandrungi oleh para usia produktif dan tak kalah pentingnya langsung dipraktekkan.Pacaran menjadi lembaga resmi untuk kegiatan seksual di kalangan muda-mudi, bagi yang tak mengenalnya sama dengan kalau bahasa jawanya katro’. Beberapa kasus yang mirip terjadi disekeliling penulis adalah menikah dini akibat kebablasan dengan pasangannya. ini menunjukkan betapa godaan bagi para muda-mudi sangat begitu rawan akan penyimpangan moral. Berangkat dari fenomena yang terjadi itu pacaran lebih banyak dilakukan mengikuti tren gaul daripada suara hati.
Kenapa harus pacaran? Paling tidak ada 3 hal penulis paparkan yang faktor pacaran antara lain:
1. Mengikuti tren gaul
2. Gengsi / malu dengan teman
3. Dianggap tak laku
4. Iseng / coba-coba
Terakhir, solusi yang dapat penulis sampaikan adalah pentingnya pendidikan moral mulai dari lingkup kecil yaitu keluarga. Orangtua mestinya mampu memahami perkembangan psikologi seorang remaja. Ketika berada di rumah paling tidak orangtua memberikan keteladan sikap baik berperilaku, berucap, dan orangtua menjadi role model dalam ibadah. Begitu juga lembaga sekolah dapat sekiranya menanamkan nilai-nilai karakter dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pelajar. Guru tidak hanya transfer of knowledge tapi transfer of value.

Tags: pacaran,remaja,mahasiswa,pendidikan karakter,pendidikan mora

Kamis, 03 November 2011

liga bem stain pontianak 2011

Rabu, 19 Oktober 2011

Refleksi Perjalanan di Pra Temu BEM Se Nusantara V 2011 UNESA

maskot BEM NUS 2011 UNESA
Seputar BEM Se Nusantara
Banyak pihak sepakat bahwa gerakan mahasiswa pasca reformasi ’98 mengalami dis orientasi arah perjuangan. Romantisme bulan madu gerakan bersama antara mahasiswa dan masyarakat pun seakan telah berakhir. Tumbangnya rezim orde baru sebagai common enemy dari perjuangan pembebasan keterpurukan bangsa sebagai salah satu faktor yang menyebabkan arah gerakan mahasiswa lebih bersifat parsial. Pola gerakan yang dibangun jarang menemukan kesepahaman tindakan dan arah perjuangan. Mungkin karena terlalu banyak kebobrokan yang terjadi di negara ini sehingga kita mahasiswa seakan susah menentukan prioritas bersama arah perjuangan. Melihat dari sejarah perubahan sosial, khususnya di Indonesia, rasanya mustahil akan berhasil bila dilakukan secara kelompok kecil. Harus ada penyatuan gerakan untuk menambah kekuatan dan bargaining position dimata lawan (rezim berkuasa). Berangkat dari kesadaran ini kawan-kawan BEM di lima kampus besar Indonesia (UI, UGM, dll) merancang sebuah gerakan bersama untuk menyatukan visi misi arah perjuangan mahasiswa. Akhirnya di bentuklah sebuah aliansi bernamakan BEM Se Indonesia pada sekitar tahun 2000an.
steo,aris,andry dan dedi (perwakilan KAL-BAR)

Namun beberapa pihak mahasiswa di daerah merasakan ada semacam diskriminasi keanggotaan dari aliansi BEM SI ini. Pasalnya keanggotaan dari BEM SI sendiri lebih dominan oleh BEM dari kampus negeri dan sedikit sekali melibatkan BEM dari kampus swasta. Belum lagi penilaian dominasi lima kampus besar pendiri BEM SI sebagai pemegang otoritas dan pengambil kebijakan dirasakan sangat tidak adil. Di claim bahwa hal semacam ini menyebabkan kawan-kawan mahasiswa dari kampus lain seakan susah menyampaikan pemikirannya dan cenderung harus mengekor kepada pemegang arah kebijakan. Berawal dari kekecewaan kekecewaan semacam ini akhirnya dibentuklah sebuah aliansi baru yang bernama BEM Se Nusantara yang mengakui dirinya bersifat lebih welcome terhadap semua BEM di seluruh Nusantara untuk bergabung bersama tampa ada diskriminasi dan dominasi keanggotaan. Memegang prinsip berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah membuat rasa nyaman terhadap kawan-kawan mahasiswa yang belum bisa tercover oleh BEM SI. Ide pembentukan BEM Nus muncul pada tahun 2003 tetapi baru dapat direalisasikan pada tahun 2005. Begitulah kurang lebih apa yang disampaikan salah satu SC dalam forum Pra Temu BEM Se Nusantara kemarin.
bersama teman-teman BEM
Bila kita lihat pasca reformasi banyak aliansi BEM mahasiswa terbentuk. Sebut saja BEM SI, BEM Nus, BEM Nasional, BEM PTNU, BEM PTAI, dll. Yang jadi masalah adalah ketika terlalu banyak pola gerakan dalam aliansi mahasiswa ini tentu mengakibatkan peluang gesekan kepentingan dan eksistensi menjadi semakin besar. Alih-alih mau merubah nasib bangsa, dengan banyaknya aliansi ini mengindikasikan bahwa gerakan mahasiswa akan terkooptasi dan mudah dipecah belah. Hal ini sudah dirasakan oleh kita bersama. Hubungan rivalitas yang dibangun antar aliansi mahasiswa ini terkadang lebih bersifat kontra produktif. Sebut saja kasus antara BEM SI dan BEM Nus, BEM SI beranggapan bahwa BEM Nus adalah aliansi mahasiswa yang tidak kritis, berada di bawah ketiak SBY, dan merupakan gerbong pemecah gerakan mahasiswa yang dimotori oleh penguasa. Pendapat ini keluar dari kawan-kawan BEM SI karena sering dalam setiap forum BEM Nus dihadiri oleh SBY dan pejabat negara lainnya. Belum lagi waktu ceremonial pembukaan pertemuan BEM Nus di Papua beberapa tahun lalu dinyanyikan salah satu lagu melo ciptaan pak SBY, bukannya malah menyanyikan lagu perjuangan mahasiswa. 
foto bareng di penginapan
Begitu juga BEM Nus beranggapan bahwa BEM SI lebih bersikap diskriminatif dalam masalah keanggotaan dan arah kebijakan sehingga tidak kondusif dan tidak aspiratif untuk menampung pemikiran kawan-kawan mahasiswa di seluruh tanah air. BEM Nus pun mengaku sebagai solusi terhadap masalah ini. Konflik eksistensi semacam ini sangat terasa dalam setiap forum salah satu aliansi. Dari asumsi yang berkembang, ganjal mengganjal dalam setiap kegiatan begitu kentara bila kita jeli mengikutinya. Ketika forum Pra Temu BEM Nus di Surabaya yang saya rasakan kemarin memang seperti ada beberapa pihak yang tidak ingin ingin kegiatan itu berjalan baik. Hingga dengan berbagai propaganda akhirnya kegiatan yang dirancang tidak memiliki happy ending sesuai dengan tujuan awal. Tentu hal-hal semacam ini yang harus diwaspadai oleh para pelaku gerakan mahasiswa apabila mau merubah nasib bangsa. Kesadaran akan keterpecahbelahan gerakan mahasiswa dengan saling tuding dan memegang claim kebenaran masing-masing tentu harus di beri ruang dialog untuk menemukan satu konsepsi kesepahaman akan arah gerakan yang lebih baik.

Eksistensi delegasi BEM Kal Bar

jempretan setelah penutupan kegiatan
Keprihatinan saya rasakan terhadap eksistensi gerakan kwan-kawan BEM di Kalimantan Barat. Delegasi yang ada hanya 1 orang dari BEM Untan dan 3 orang dari BEM STAIN Pontianak. Keterbatasan akses informasi yang masuk menyebabkan suara kawan-kawan di BEM Kal Bar jarang bergema di forum nasional. Bahkan kalau kegiatan Pra Temu BEM Se Nusantara tidak dikabarkan oleh kawan-kawan dari BEM Untan kepada BEM STAIN Pontianak, mungkin utusan dari Kal Bar hanya ada 1 orang perwakilan saja. Dibandingkan dengan daerah lain yang begitu cepat bisa mengakses informasi, eksistensi BEM di kal Bar seakan dipertanyakan. Dibandingkan dengan sesama provinsi di Kalimantan sajalah, kita di Kal Bar terasa ketinggalan apalagi dibandingkan dengan kwan-kawan di pulau Jawa dan pulau lain di Indonesia.
Hadirnya delegasi BEM STAIN Pontianak dalam pra temu BEM Se Nusantara di Surabaya kemarin bukan lah untuk mengkooptasikan diri dalam peta persaingan eksistensi politik di lingkar gerakan mahasiswa. Tetapi hal terpenting yang kami tanamkan adalah ingin menggaungkan permasalahan yang terjadi di wilayah Kal Bar dalam sebuah forum nasional. Masalah perbatasan antara Inonesia dan Malaysia secara detail tentu masih awam di telinga forum-forum nasional, belum lagi masalah perkebunan dan pertambangan, dll. Kal Bar hari ini merupakan provinsi yang berada dalam urutan rendah dalam bidang pendidikan dibandingkan provinsi lain di seluruh Indonesia. Akses jalan trans Kalimantan hanya di Kal Bar saja yang belum rampung. Sedangkan jalan trans Kalimantan di provinsi Kalteng, Kalim, Kalsel sudah begitu mulus. Semua masalah itu seakan mengakibatkan kal Bar sebagai provinsi yang terisolir.

lagi diskusi membahas isu daerah KAL-BAR
Sebuah kasus menarik di kabupaten Sintang Kal Bar, ketika masyarakatnya mengancam akan mengibarkan bendera Malaysia pada peringatan 17 Agustus kemarin karena memang itu merupakan luapan kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat disana. Terbukti setelah ancaman itu, barulah berbagai perhatian tertuju ke sana. Tentu apabila hanya cara-cara seperti ini yang bisa membuat pemerintah lebih memperhatikan rakyatnya, pastinya akan banyak kasus serupa yang akan timbul kepermukaan jikalau pemerintah tidak tanggap terhadap kesejahteraan rakyatnya. Kalimantan dan Kal Bar khususnya tidak punya sejarah kelam dengan kasus disintegrasi bangsa dan sparatisme. Ini menunjukkan bahwa nasionalisme masyarakatnya begitu dalam tertanam dalam hati sanubari mereka. Namun ketika hidup terus didiskriminasikan sebagai sesama rakyat Indonesia dan ketika rasionalitas naluri manusia untuk kebahagiatan telah menutup rasa itu, tidak ada yang berani menjamin 10 atau 20 tahun yang akan datang akan ada kasus disintegrasi bangsa dan sparatisme di Kalimantan Barat. Sekali lagi dengan catatan apabila pemerintah tidak tanggap dan tidak memperhatikan masyakarakat di perbatasan khususnya.
Kenyataan menunjukkan di wilayah perbatasan antara Indonesia Malaysia, masyarakat Indonesia lebih mudah mendapat akses dan kesejahteraan dari wilayah Malaysia. Mata uang yang beredar lebih familiar ringgit daripada rupiah. Orang Indonesia yang baru datang diperbatasan di sebut Indon. Banyak yang lebih memilih sekolah dan berobat ke Malaysia karena gratis. Banyak makanan yang sering diselundupkan karena harganya yang lebih terjangkau. Akses transportasi dari satu daerah ke daaerah lain di kalbar bahkan beberapanya lebih memiliki waktu dan jarak tempuh yang pendek apabila kita melintas melalui jalan negara tetangga. Tentu semua itu menjadi refleksi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan masyakarakat perbatasan. Kasus-kasus seperti inilah yang harus sering kita wacanakan di forum-forum nasional. Tentu ketika wacana ini sudah menjadi wacana bersama maka semakin besar kesempatan kita untuk menyuarakan nasib mayarakat perbatasan kepada pemerintah pusat. Mudah-mudahan dengan demikian fungsi control of power mahasiswa menjadi bermakna. Dan hal inilah yang mengilhami BEM STAIN Pontianak untuk mengirimkan 3 orang utusan dalam pra temu BEM Se Nusantara di Surabaya tanggal 25-29 September 2011 kemarin.
Mirisnya hati ini ketika melihat draft rekomendasi dari pertemuan BEM Se Nusantara IV di Palu kemarin yang hanya mengusung satu isu permaslahan daerah di pulau Kalimantan yang begitu luas. Hanya isu UMR yang tertulis. Dibandingkan draft rekomendasi dari kawan-kawan di pulau lain yang begitu banyak menceritakan permasalahn di daerahnya. Tambah pilu hati ini melihat kenyataan ternyata tidak ada delegasi dari BEM Kal Bar dalam pertemuan BEM Nus IV di palu kemarin mengakibatkan isu permasalahan daerah Kal Bar tidak tersampaikan dalam forum itu. Untunglah dalam forum Pra Temu BEM Se Nusantara di Surabaya kali ini kami berkesempatan menjadi delegasi Kal Bar yang berhasil memasukkan beberapa isu penting di daerah Kal Bar yang dirasa mendesak untuk dituntaskan. Di antaranya adalah isu perbatasan (pendidikan, kesehatan, infrastruktur, batas wilayah, ancaman disintegrasi bangsa, perkebunan dan pertambangan). Tentu hal ini bukan lah suatu langkah yang besar untuk merubah nasib masyarakat Kal Bar. Bagi kami ini hanyalah salah satu upaya dari kapasitas kami selaku mahasiswa dan masyarakat Kal Bar. Yang lebih penting adalah bagaimana tindak lanjut dari semua pihak terkait ketika permasalahan ini telah mewacana dalam forum nasional. Untuk itu gerakan kongkrit harus segera di upayakan sehingga tidak terkesan hanya menjual retorika politk saja.

Penyatuan dan penyadaran gerakan BEM se Kal Bar menurut saya merupakan kabutuhan yang harus segera dipenuhi. Hal ini sebagai kekuatan yang lebih besar untuk membuka perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Untuk itu besar harapan kami ketika BEM Untan sebagai icon kampus Kal Bar bergerak cepat menanggapi hal ini. Dalam ranah lain BEM STAIN Pontianak sebagai PTAIN satu-satunya di Kal Bar pun bisa menjadi motor penggerak penyatuan gerakan BEM-BEM PTAI di kal Bar. Semakin solid kita dalam bergerak semakin besar pula kesempatan kita untuk menuju tatanan masyarakat yang lebih baik. Mudah-mudahan harapan untuk adanya gerakan bersama BEM seluruh Kal Bar dapat dengan mudah berpartisipasi dalam forum-forum nasional untuk bersama memperjuangkan nasib masyarakat Kal Bar. Amin..

Selasa, 20 September 2011

Bicara Perbatasan di BEM Nusantara

Presiden Mahasiswa (Presma) STAIN Pontianak, Andry Fitriyanto mengatakan akan membawa isu perbatasan dalam pra pertemuan dan lokakarya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara V pada 25-29 September 2011 di Univeristas Surabaya, Jawa Timur.
“kita akan mengirimkan  tiga orang utusan dalam pertemuan ini. Tiga orang utusan yang akan kita kirim ini tentu terlebih daulu kita akan lakukan pertemuan terkait isu lokal yang akan kita bawa di tingkat nasional ini dan isu perbatasan pastinya akan kita bawa dalam pertemuan ini,”ujar Andry Fitrianto pada Tribun, Minggu (18/9).
Andry F mengatakan, sudah banyak janji politik yang dilontarkan pemerintah terkait pembangunan daerah perbatasan  begitupun kunjungan pejabat ke daerah perbatasan baik presiden, menteri dan pejabat lainnya.
“namun, hingga kini belum ada perubahan signifikan terkait pembangunan di daerah perbatasan,”ungkapnya.

sumber: tribun pontianak, (ketik ulang)

Selasa, 23 Agustus 2011

Berbagi Paket Ramadhan 1432 H

Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIN Pontianak membagikan paket Ramadan, bantuan dari seluruh dosen STAIN dan masyarakat untuk kaum dhuafa ke empat lokasi.
Paket berisi sembako dan perlengkapan salat tersebut dibagikan ke beberapa tempat antara lain Jl Karet, Tanjung Hulu, Pal IX, dan Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya.
"Bantuan langsung dibagikan kepada kaum dhuafa, yang sudah kita data dari teman-teman pengurus BEM, menginformasikan siapa saja warga tidak mampu di lingkungan sekitar mereka," ujar Presiden Mahasiswa STAIN Pontianak, Andry Fitriyanto kepada Tribun, Senin (22/08/2011).
Isi dalam setiap paket bervariasi, mulai dari beras, sirup, telur, minyak goreng, dan perlengkapan salat. Setiap keluarga menerima isi paket berbeda, sesuai jumlah jiwa dalam satu keluarga.
"Kan ada juga dalam keluarga yang hanya satu atau dua orang, jadi kita berikan berbeda untuk setiap keluarga," kata Andry.
Dia berharap dengan hasil pantauan secara langsung di lapangan, bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran, dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga penerima paket.
"Penerima paket sudah diketahui secara langsung oleh pengurus BEM, yang memang dekat dengan rumahnya. Jadi mudah-mudahan penyaluran bantuan tepat sasaran," ucapnya.

sumber:http://pontianak.tribunnews.com/2011/08/23/mahasiswa-bagi-sembako-di-pal-ix

Sabtu, 18 Juni 2011

Pendidikan Karakter Masuk Dalam Kurikulum ??

oleh : Andry Fitriyanto *)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional membulatkan tekad untuk memasukkan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Pendidikan Nasional Indonesia pada tahun 2012 mendatang. Munculnya ide tentang pendidikan karakter ini ditengarai karena kondisi moral generasi muda yang telah dinilai merosot tajam. Tentunya dengan banyak indikator yang bisa kita lihat bersama diberbagai pemberitaan media massa, seperti maraknya tauran dikalangan pelajar dan mahasiswa, beredarnya video porno dengan pelaku generasi muda, kurangnya rasa penghormatan para murid terhadap gurunya, perilaku pergaulan bebas dan merajalelanya narkoba.
Kesemuanya itu dinilai sebagai tanda rapuhnya pendidikan sebagai pembentuk karakter positif dalam sistem pendidikan di Indonesia. Untuk itu dirancanglah berbagai konsep tentang pendidikan karakter yang nantinya akan menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Lalu pertanyaannya adalah apakah sistem pendidikan yang dilakukan selama ini dirasa kurang atau jika tidak mau dikatakan tidak mampu membentuk karakter positif dalam diri peserta didik ?
Belum banyak dari kita yang tahu bagaimana bentuk sejatinya pendidikan karakter ini diaplikasikan dalam kurikulum. Menurut M. Nuh (Mendiknas), implementasi pendidikan karakter dikelompokkan menjadi tiga, yaitu menumbuhkan kesadaran sebagai mahluk Tuhan YME yang harus saling mengasihi, membentuk karakter keilmuan, dan kecintaan terhadap tanah air. Pendidikan karakter akan berkutat pada beberapa hal, yaitu olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Dalam bahasa lain saya terjemahkan pendidikan karakter bukanlah hal yang bermuara pada aspek kognitif semata, tatapi bagaimana kesemua hal positif tersebut menginternalisasi dalam diri peserta didik sehingga menimbulkan penghayatan yang mendalam (afektif) dan menghasilkan tindakan atau aplikasi  dalam tingkah laku (behavior) kesehariannya.
Memang sebuah konsep pendidikan yang ideal menekankan pada ketiga aspek tersebut yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan seperti kebanyakan para pengamat pendidikan mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia lebih condong hanya kepada aspek kognitif semata. Sehingga menghasilkan luaran pendidikan yang jago menghapal tapi lemah dalam penghayatan dan tindakan. dan munculnya konsep pendidikan karakter menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia yang selama ini diterapkan memang benar hanya menitik beratkan pada hal kognitif saja.
Apabila kita mau jujur sesungguhnya hal-hal dalam kurikulum pendidikan bongkar pasang di Indonesia sejatinya bila dilaksanakan dengan menekankan tiga aspek tujuan pendidikan tersebut tentu akan membantu pembentukan karakter positif peserta didik. Karena sejatinya setiap sesuatu yang diajari dan dipelajari di sekolah bukan hanya untuk diketahui semata, tetapi bagaimana pendidikan yang didapat mampu mengubah pemikiran seseorang ke arah yang lebih baik dan dari berubahnya pemikiran tersebutlah timbul perilaku positif.
Sebut saja mata pelajaran moral, budi pekerti, akhlak, agama, dll, kesemua jenis mata pelajaran itu bila dimaksimalkan dalam pelaksanaannya tentu akan membentuk karakter positif dalam diri peserta didik. Namun mengapa sepertinya mata pelajaran itu tinggallah mata pelajaran saja? Mengapa pendidikan moral dan agama menjadikan manusia yang hapal dan paham tentang agama tetapi bukan menjadikan manusia yang bermoral dan beragama? Lagi-lagi yang menjadi masalah adalah kesemua pelajaran yang diberikan oleh sistem pendidikan kita lebih cenderung pada aspek kognitif berbasis angka untuk penilaian. Murid bisa saja pendapatkan nilai 90 karena mampu menjawab dengan benar sebagian soal ulangan umum pada pelajaran akhlak atau budi pekerti, sedangkan di sisi lain ia adalah seorang yang tidak disiplin, suka membuang sampah sembarangan, dan gemar membuat keributan. Sehingga sekolah banyak menghasilkan mereka yang hapal dan lancar berbahasa moral dan agama, tetapi minim dalam penerapannya.
Dalam upaya pembentukan karakter positif di sekolah tentu harus melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Dalam hal ini guru mempunyai peran yang urgen dan sentral sebagai panutan dan suri tauladan bagi para peserta didik. Untuk membuat para peserta didik yang berkarakter positif, maka terlebih dahulu yang harus memiliki karakter positif tersebut adalah pendidiknya. Karena para pendidik adalah orang yang akan bersentuhan langsung dengan para peserta didik. Peserta didik tumbuh dengan mencontoh para gurunya. Lalu jangan salahkan para murid kalau ia bersikap tidak baik sedangkan gurunya memberikan contoh bersikap tidak baik pula. Untuk itu kualitas seorang guru harus benar-benar menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan dan ditindaklanjuti.
Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru merupakan hal positif untuk meningkatkan kualitas guru. Namun dalam penerapannya masih perlu pembenahan serius dikeranakan banyak asumsi yang berkembang bahwa sertifikasi yang pada dasarnya adalah instrument pembentukan kualitas diri, malah dijadikan tujuan akhir oleh banyak pihak. Sehingga tidak sedikit pendidik yang sudah tersertifikasi terlena dengan sertifikat yang sudah diperolahnya dan enggan untuk belajar dan meningkatkan kapasitas dirinya sebagai pendidik. Atau hanya untuk mengejar tunjangan finansial saja sehingga mengurangi tujuan hakiki dari sertifikasi tersebut.
Untuk membentuk pendidik yang berkarakter harus dimulai dari pangkalnya sebagai pencetak para guru, yaitu instansi Perguruan Tinggi Keguruan. Pendidikan para calon guru harus mendapatkan porsi yang sangat serius, sehingga menghasilkan para pendidik yang berkualitas dan berkarakter. Mungkin harus ada standarisasi dalam pencarian dan penyaringan calon mahasiswa perguruan tinggi keguruan untuk memastikan bahwa mereka adalah orang-orang yang siap tempa menjadi seorang guru yang berkualitas dan berkarakter.
Karakter disini bisa diartikan sebagai kepribadian seseorang. Pembentukan karakter seseorang 70% diproses dalam pendidikan informalnya (keluarga). Sedangkan pendidikan formal (sekolah) hanya mempunyai peran 30% dalam pembentukan karakter seseorang. Ini berarti pendidikan karakter juga harus melibatkan para orang tua peserta didik. Dan ini bukanlah hal yang mudah. Bagaimana mungkin pembentukan karakter positif akan berhasil dilakukan oleh pihak sekolah sedangkan dalam kesehariannya di lingkungan keluarga dan masyarakatnya para generasi muda bersosialisasi dan dididik secara tidak langsung oleh lingkungan yang berkarakter negative. Belum lagi pengaruh media massa dan internet yang fungsinya bagaikan sebilah pisau yang memerlukan kebijaksanaan dan kecerdasan bagi orang yang menggunakannya. Ia bisa saja digunakan untuk hal yang positif dan bisa pula digunakan untuk hal yang negative.
Pendidikan karakter akan kurang efektif bila diterjemahkan ke dalam mata pelajaran yang menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam penyampaiannya, karena ia tidak terbentuk pada wilayah kognitif semata. Tapi pendidikan karakter diberikan dengan cara menampilkan suri tauladan dari seorang yang berkualitas dan berkarakter yang ditunjang oleh situasi budaya lingkungan yang mendukung pembentukan karakter pada diri generasi muda.  Untuk itu yang harus dilakukan bukan hanya memberikan pengertian dengan ceramah dan diskusi, tatapi yang utama dilakukan adalah menyediakan panutan dan suri tauladan serta budaya lingkungan yang berkarakter.
Mudah-mudahan pendidikan karakter yang akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kita memiliki metode yang tepat dengan indikator pencapaian yang jelas. Tentu sangat tidak diharapkan bernasib sama dengan mata pelajaran moral, budi pekerti atau akhlak, dll yang condong kepada kognitif semata. Dan bukan sekedar proyek yang ingin dicapai demi sebuah ukiran jasa seorang pejabat negara dalam sejarah pendidikan di Indonesia.
Apapun itu, usaha untuk membentuk karakter bangsa harus terus dilakukan. Bukan hanya dari jalur kurikulum pendidikan. Para public figure dan pemimpin bangsa ini pun harus memberikan pendidikan karakter bagi rakyatnya berupa suri tauladan yang baik dalam tingkah lakunya. Ketika para pemimpin bangsanya saja banyak terlibat kasus KKN, video porno, perkelahian, tidak amanah, berlaku curang, dll. Lalu bagaimana akan membentuk karakter bangsa ini menjadi lebih positif ??
*) Presiden Mahasiswa STAIN Pontianak periode 2011/2012

Senin, 23 Mei 2011

KKL STAIN Pontianak 2011


Sebanyak 287 mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.

Dalam acara serah terima mahasiswa, Ketua STAIN Pontianak, Hamka Siregar secara resmi menyerahkan mahasiswa KKL kepada Bupati Kabupaten Kapuas Hulu, AM Nasir.

Dalam sambutannya Hamka Siregar mengatakan, mahasiswa dan civitas akademika STAIN Pontianak, banyak yang berasal dari Kapuas Hulu. Tak hanya itu saja alumni STAIN Pontianak juga banyak yang duduk di intansi pemerintahan. Kepada seluruh mahasiswanya Hamka menitipkan nama baik almamater untuk selalu dijaga.
“Nantinya dalam waktu yang singkat ini, yakni selama dua bulan kalian harus memberikan kesan yang bisa dikenang oleh masyarakat setempat. Berbuatlah sesuatu yang kecil tapi dengan sesuatu yang kecil itu akan berdampak besar bagi seluruh masyarakat Kapuas Hulu,” pesan Hamka kepada seluruh mahasiswanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan anak KKL nantinya akan mengalami penyesuaian selama 1 sampai 2 Minggu. Hal ini jelas akan dirasakan mahasiswa, karena hal ini wajar dalam tahap penyesuaian terhadap daerah baru, orang baru dan lingkungan yang baru pula.
Di akhir sambutannya, dia juga menitipkan para mahasiswa yang akan KKL kepada bupati. Hamka berharap anak STAIN yang akan KKL di Kapuas Hulu bisa mendapatkan pengalaman yang bermakna, untuk dibawa pulang selesai dari tugas mereka di sini.
Bupati Kapuas Hulu, AM. Nasir pada saat memberi sambutan juga mengabarkan bahwa pada bulan Juli mendatang akan ada KKL dari Universitas Indonesia (UI). “Sehubungan daerah kita yang terletak di wilayah perbatasan,” tutur Nasir. Pada kesempatan itu, Nasir secara resmi menerima kedatangan mahasiswa STAIN dengan lapang dada dan terbuka.
“Saya berterima kasih dengan adanya mahasiswa KKL di Kapuas Hulu ini, karena dengan adanya mahasiswa KKL, kami akan terbantu dalam mengawasi masyarakat terutama dalam segi pendidikan,” tutur bupati.
Ia juga mengingatkan kalau KKL ini bagi mahasiswa adalah proses belajar nyata, untuk persiapan nantinya jika terjun ke masyarakat, bagaimanapun nantinya setiap mahasiswa itu akan dihadapkan secara langsung pada kehidupan nyata.
“Adanya KKL ini mahasiswa sudah mempunyai pengalaman dari program ini, bisa dijadikan modal menghadapi kehidupan pada saat turun ke masyarakat nantinya,” jelasnya. Bupati juga menginformasikan tentang rentannya Kapuas Hulu sebagai daerah perbatasan dari teror dan aliran-aliran radikal. “Tugas kita bersama untuk menjaga keamanan Kapuas Hulu terkait hal ini,” jelasnya. (lil)

sumber : http://www.equator-news.com/radar-timur/kapuas-hulu/ratusan-mahasiswa-stain-kkl-di-kapuas-hulu

LIHAT JUGA >>>>>>>koleksi foto KKL PAR 2011 <<<<<<<

Selasa, 17 Mei 2011

Seminar Internet Sehat di STAIN Pontianak

Sekitar 80-an orang peserta yang umumnya berasal dari kalangan mahasiswa/i STAIN Pontianak tampak hadir dalam kegiatan Nonton Bareng dan Seminar Internet Sehat yang diselenggarakan oleh pihak BEM STAIN Pontianak bekerjasama dengan Komunitas Blogger en Netter Pontianak (BELETER). Kegiatan seminar yang mengambil tempat di Gedung UPT STAIN Pontianak ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari kegiatan utama hari ulang tahun (milad) keluarga besar mahasiswa STAIN Pontianak yang ke 10.
Dengan mengambil tema Internet: Jendela Dunia Tanpa Batas, para peserta diberikan wawasan dan pemahaman mengenai bagaimana memanfaatkan internet secara sehat dan positif. Sebagai acara pembukanya, para peserta disajikan dengan sebuah tayangan film dokumenter yang berdurasi sekitar 45 menit. Di film yang diproduksi oleh tim ICT Watch ini menceritakan bagaimana seorang tukang becak mempromosikan jasanya melalui media sosial, bagaimana kekuatan sosial “Koin Prita” dapat menyelamatkan nasib Ibu Prita dari hukuman pidana, serta bagaimana tim relawan Jalin Merapi mampu merekrut ribuan relawan hanya dalam waktu singkat melalui media sosial.

Sang pemateri yang juga merupakan Ketua Komunitas BELETER Pontianak memberikan gambaran bahwa internet itu dapat diasumsikan sebagai sebilah pisau, bisa digunakan untuk melakukan sesuatu yang baik seperti memasak atau sebaliknya jika digunakan untuk melakukan kejahatan. Dan disaat kita berhadapan dengan sesuatu yang sifatnya tanpa batas (dalam hal ini adalah internet), maka satu-satunya yang dapat membatasi adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu kita tetap tidak bisa mempersalahkan internet karena itu hanyalah sebuah alat, kuncinya tetap berada dipengguna internet itu sendiri.

Pemateri juga menambahkan bahwa dari internet kita juga dapat memperoleh penghasilan tambahan dengan menjadikan dunia maya sebagai media bisnis. Beberapa bisnis online yang dapat dilakukan meliputi: google adsense, flipping, pay per click, copy writer, dan masih banyak lagi bisnis yang lain. Kesimpulannya adalah jika kita dapat memanfaatkan internet secara maksimal maka banyak dampak positif yang akan kita rasakan dibanding dampak negatifnya.

Diakhir acara pemateri yang mewakili Komunitas BELETER Pontianak memberikan doorprize berupa masing-masing 1 paket Norton Internet Security 2011 kepada 3 orang yang terpilih menjadi penanya terbaik dalam sesi tanya jawab sebelumnya. Apresiasi positif bagi pihak STAIN Pontianak atas inisiatifnya dalam melaksanakan kegiatan Seminar Internet Sehat yang sangat bermanfaat, mungkin dari pihak lain ada yang berminat? Ditunggu kerjasamanya… Btw, bagi siapa saja yang mau menggunakan bahan presentasi saya untuk mengadakan kegiatan serupa bisa langsung mendownloadnya DISINI. Semoga bermanfaat, aminn… (DW)
Sumber : http://www.bloggerborneo.com/seminar-internet-sehat-di-stain-pontianak

Kamis, 05 Mei 2011

Lomba Debat di FH UNTAN 2011

Pada mulanya ada 17 tim yang registrasi, yang terdiri dari :
• 7 Tim dari FH UNTAN
• 2 Tim dari FEKON UNTAN
• 2 Tim dari FISIP UNTAN
• 1 Tim dari FMIPA UNTAN
• 2 Tim dari FH UPB
• 1 Tim dari STIE Pontianak, dan
• 2 Tim dari Fak. SYARIAH STAIN
Pada partai penyisihan, A1 dari FEKON UNTAN bertanding dengan A2 dari FH UNTAN bertempat di ruang PLKH FH UNTAN dengan tema : Pemberian Hak Penyidikan Kepada SATPOL PP Dalam Usaha Penegakan Perda. Pada kesempatan tersebut dimenangkan oleh Tim A1 dari FEKON UNTAN.
A3 dari FMIPA berlawanan dengan A4 dari FH UNTAN bertempat diruang XIV dengan tema : Penghapusan System Peradilan Pajak. Untuk sesi ini dimenangkan oleh Tim A4 dari FH UNTAN karena Tim A3 tidak hadir, jadi dianggap WO.

Tim A5 FH UNTAN unggul terhadap dengan A6 dari FH UPB dengan tema : Legalisasi Calon Presiden Untuk 3 Periode. Kedua Tim ini bertanding mengambil tempat diruang XV.
Sedangkan Tim A7 Fakultas Hukum Syariah Islam STAIN berlawanan dengan Tim A8 dari STIE Pontianak dengan mengambil tempat di Ruang Video Conference FH (ViCon) UNTAN. Kedua tim tersebut mengambil tema : Pengelolaan hutan oleh masyarakat adat. Pada babak ini Tim A7 dari Fak Hukum Syariah Islam STAIN dinyatakan menang dari Tim A8 STIE Pontianak.
Kemudian Tim B10 dari FH UNTAN berlawanan dengan Tim B13 dari FEKON UNTAN. Tema yang diangkat pada pertandingan Debat Hukum tersebut adalah Pelarangan Terhadap Organisasi Ahmadiyah. Hasil Babak ini ternyata Tim B12 dari FH UNTAN dinyatakan menang.
Dengan mengambil tema : Hak Pilih TNI / Polri dalam Pemilu, Tim B14 dari FISIP UNTAN berhadapan dengan Tim B15 dari FH UPB yang kemudian dimenangkan dari Tim B15 FH dari FH UPB.
Bertempat di ruang Video Conference, Tim B17 dari FISIP UNTAN berhasil menang terhadap Fak. Hukum Syariah Islam STAIN dengan tema Anggaran Pendidikan Nasional 20%.
Karena pada Technical Meeting diharidi oleh 18 tim, sehingga disepakati skema pertandingan ada tim yang bye. Khusus untuk tim A7 (Pemenang pertandingan antara A7 dan A8) bertanding kembali dengan A9 dengan tema yang sama, tetapi hanya ada pertukaran mosi. Saat A7 berlawanan dengan A9, A7 mendapat mosi kontra dengan A9 mendapat mosi pro. Dan untuk pertandingan ini dimenangkan oleh Tim A7 dari STAIN.
Begitu pula untuk Tim B17 (Pemenang Pertandingan antara B16 dan B17) bertanding kembali dengan B18 dengan tema yang sama, tetapi hanya ada pertukaran mosi. Saat B17 berlawanan dengan B 16, B17 mendapat mosi kontra, namun saat B17 berlawangan dengan B18, B17 mendapat mosi pro dan B18 mendapat mosi kontra. Dan untuk pertandingan ini dimenangkan oleh Tim B18 dari FMIPA UNTAN.

sumber : http://fak-hukumuntan.blogspot.com/2011/05/pertandingan-debat-hukum-yuris-cup-2011.html

Sabtu, 23 April 2011

Gebyar KBM 2011

Dalam rangka memeriahkan Gebyar KBM STAIN Pontianak 2011 kami dari BEM STAIN Pontianak, mempersembahkan:
- Seminar Interent Sehat
- Lomba Resensi Film
- Lomba Fotografi

1. Seminar internet Sehat
Waktu: Jum'at, 13 Mei 2011
Pukul: 087.30 - selesai
Tempat: UPT STAIN Pontianak
Tema: “Internet= Jendela Dunia Tanpa Batas”
Bersama: BEM STAIN Pontianak
Pendaftaran: sekretarian BEM STAIN Pontianak [dari tanggal 2-9 mei 2011]
HTM:
Pelajar/mahasiswa :Rp 10.000
Guru :Rp 20.000
Umum :Rp 25.000
(dapatkan snack, sertifikat, doorprize menarik)

adapun rangkaian acara tersebut akan di selingi dengan nonton film dokumenter dan akan diperlombakan yaitu "lomba resensi film"

2. lomba resensi film
1.Pendaftaran dibuka mulai tanggal 2-9 mei 2011
2.Mengisi form pendaftaran biodata peserta*
3.Hasil resensi minimal 400 kata kemudian
di posting ke blog peserta
4.Wajib memasang banner/badge stain blog
di halaman utama blog (sidebar) 


 




5.Penjurian dilaksanakan pada tanggal 14-20 Mei 2011.
6.Pengumuman pemenang tanggal 22 mei 2011
7.Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. 

* bagi yang sudah mendaftar dalam seminar, konfirmasi kembali kepada panitia untuk mengikuti perlombaan ini 

3. Lomba Fotografi
- tema " potret kehidupan kampus"
- Mahasiswa STAIN Pontianak
- Pendaftaran dibuka mulai tanggal 2-9 mei 2011
- Menggunakan kamera digital [non hp]
- Foto Original [tidak dimanipulasi /diedit]
- Objek foto berhubungan dengan STAIN Pontianak
   [baik yang bergerak ataupun tidak]
- Foto hardcopy & softcopy
   [print 4R, sertakan Essay (uraian singkat ]
- Foto dikumpulkan mulai tanggal 12-20 Mei 2011
- pendaftaran GRATIS

download formulir di sini
info lebih lanjut hubungi : 
Darwis [085750386171]
Salim   [085750852226]

Rabu, 23 Maret 2011

Model Baru Perang Dunia Ketiga

Oleh : Andry Fitriyanto (Pembelajar di BEM STAIN Pontianak)
22 Maret 2011

Sejarah mencatat pernah terjadi perang besar antar negara-negara dalam berbagai blok di dunia. Perang ini melibatkan banyak negara yang berebut pengaruh, kepentingan, dan kekuasaan diberbagai teritorial belahan bumi. Perang dunia pertama dan kedua meninggalkan traumatisme mendalam bagi masyarakat dunia. Karena akibat yang ditimbulkan luar biasa merugikan banyak pihak secara berkepanjangan. berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun dilatar belakangi untuk mencegah perang besar itu terjadi kembali dan menjaga kedamaian dunia. PBB diberi mandat yang luar biasa oleh masyarakat dunia untuk melanggengkan situasi dan kondisi damai diseluruh negara di dunia.
Namun berdirinya PBB tidak secara otomatis membuat dunia menjadi damai dan bebas dari perang antar negara. Ini seakan memberi indikator kegagalan PBB dalam menjalankan tugas besarnya. PBB yang beranggotakan banyak negara itu malah menjadi alat politik dari beberapa negara Super Power seperti Amerika Serikat dan sekutunya. Banyak perang yang dipaksakan terjadi dengan berbagai alasan yang menjadi kuatnya legitimasi pembenaran terhadap tindakan anarkis yang dilakukan. Sebut saja invasi Amerika Serikat dan sekutunya terhadap beberapa negara Timur Tengah, seperti Afganistan, Irak, dan yang terjadi sekarang terhadap Libya. Perang ini dilakukan oleh negara Barat yang masih merasa dirinya sebagai polisi dunia yang punya kewenangan untuk melakukan tindak kekerasan terhadap mereka yang dirasa atau dalam bahasa lain dikondisikan seperti mengancam keamanan bersama dan harus ditumpas dengan cara militer. Walaupun tidak melibatkan banyak negara dalam dua pihak seimbang yang saling berlawanan, namun perang ini seperti bergulir tiada akhir sampai langgengnya sebuah pengaruh dan kekuasaan negara Barat terhadap negara lain. Bisa jadi ini adalah model baru perang besar dunia yang ketiga. Setelah Libya, Negara lain pun memiliki peluang yang sama untuk diperangi oleh Amerika Serikat dan sekutunya jika negara tersebut dirasa berseberangan pandangan dengan mereka atau negara tersebut sangat strategis sumber daya alamnya. Dengan berbagai pembenaran yang dibuat memungkinkan untuk bernasib sama dengan Afganistan, Irak dan Libya.

Invasi itu dimotori oleh Amerika Serikat dan sekutunya dengan berbagai alasan yang menjadi legitimasi pembenar tindakannya. Sebut saja invasi militer terhadap Afganistan yang dilegitimasi oleh alasan agenda besar pemberantasan terorisme. Pemerintah Taliban yang berdaulat di Afganistan pun yang dituduh melindungi dalang terorisme Osama bin Laden menjadi sasaran pembantaian oleh tentara Amerika Serikat dan sekutunya, yang sampai sekarang teroris nomor wahid itu belum bisa ditemukan, walaupun Afganistan telah lumpuh oleh perang yang terjadi. Invasi militer di Irak diluncurkan dengan legitimasi pembenar mencari senjata pemusnah massal, atas nama demokrasi dan HAM, yang sampai sekarang belum ditemukan bukti kuat terhadap tuduhan kepemilikan senjata pemusnah massal tersebut, sedangkan Irak telah luluh lantah sebagi akibat dari perang yang terjadi. Dan yang sekarang sedang terjadi adalah invasi militer negara sekutu terhadap pemerintah berdaulat di Libya. Dengan legitimasi yang lebih kuat yang di dasarkan oleh rosolusi PBB tentang No Fly Zone di Libya. Karena presiden Libya dinilai telah membantai banyak rakyatnya sendiri yang merupakan pelanggaran HAM dan menciderai nilai-nilai kemanusiaan. Dalam kesepakatan internasional kekerasan mendapat legitimasi dalam dua keadaan yaitu ketika mempertahankan diri dari serangan musuh dan ketika mendapat mandat dari PBB.
Pemerintahan Amerika Serikat di bawah pimpinan Obama ternyata sama saja arogannya dengan Bush pimpinan AS sebelumnya. Di masa kepemimpinannya, presiden Bush melancarkan dua kali invasi ke negara Timur Tengah, yaitu Afganistan dan Irak. Invasi Militer ke Libya adalah invasi militer pertama di masa pemerintahan presiden Obama. Walau dalam penampilan dan retorika kepemimpinan yang lebih halus, namun hakikat keputusan perang tetaplah suatu keputusan yang anarkis dan bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang di junjung tinggi. Lalu apa bedanya antara Obama dan Bush, jikalau keduanya sama-sama merasa benar dan legal terhadap invasi yang Amerika Serikat dan sekutunya lakukan. Mungkin banyak pihak yang kecewa dengan keputusan perang yang diambil Obama. Ini merupakan poin buruk bagi Obama yang sering menyatakan komitmennya untuk merangkul umat Islam dunia. Kebencian terhadap Obama dan Amerika Serikat akan tumbuh subur dari para korban perang di Libya dan negara lain yang tak setuju dengan perang yang terjadi.
Walau bagaimana pun alasannya, perang merupakan suatu hal yang tidak bisa dibenarkan. Perang hanya akan menambah dan memperbesar masalah yang ada. Seperti pepatah mengatakan “menghadapi api dengan api”, maka api akan bertambah besar dan ganas. Kerugian dalam banyak aspek akan menjadi tanggungan negara-negara yang terlibat peperangan. “Menang jadi arang kalah jadi abu”, begitulah pepatah orang bijak yang dipakai untuk menjaga ketentraman hidup ini. Tidak ada yang bisa memastikan berapa jiwa, biaya, waktu, dan tenaga yang dibayar untuk sebuah kehancuran bersama dalam perang yang terjadi.
Belajar dari invasi militer ke Afganistan dan Irak yang sampai sekarang masih menyisakan gejolak militer, sosial, ekonomi dan politik di negara tersebut yang masih berlangsung sampai sekarang dan akan terus berkepanjangan. Tak ada yang bisa menjamin kapan gejolak itu akan berakhir. Korban rakyat sipil tentu tidak bisa di elakkan. Perang Afganistan dan Irak juga terbukti menjadi ladang penyemaian radikalisme militan, geriliawan, dan perang saudara. Belum lagi masalah ledakan pengungsi yang terjadi akibat perang yang terjadi, lalu berapa ongkos kemanusiaan yang dibutuhkan untuk membiayai masalah tersebut. Negara tetangga pun akan terkena dampak buruknya secara ekonomi, sosial, politik. Kira-kira seperti inilah beban akibat yang akan ditanggung rakyat Libya pasca invasi militer Amerika Serikat dan sekutunya. Pontianak Post, 22 Maret 2011 mencatat akibat invasi negara Sekutu ke Libya beberapa hari belakangan ini menelan korban 64 warga sipil tewas dan 150 lainnya luka-luka.
Negara Amerika Serikat dan Sekutunya bukanlah Negara bodoh yang tak bisa belajar dan melihat dari akibat yang ditimbulkan oleh perang Afganistan dan Irak yang telah terjadi. Lalu mengapa mereka masih mengambil keputusan untuk menginvasi Libya, sebuah negara berdaulat yang tengah bergejolak oleh ulah pemimpin pemerintahnya. Mungkinkah ada agenda terselubung dari invasi ini. Mungkin telah menjadi rahasia umum bahwa negara Barat terutama Amerika Serikat memiliki kepentingan terhadap sumber minyak di negara Timur Tengah. Amerika sepertinya ingin mempertahankan dan menjaga eksistensi hegemoninyai wilayah negara yang merupakan ladang minyak dunia. Dilancarkanlah berbagai maneuver politik yang salah satunya melalui invasi militer terhadap negara-negara yang berdaulat di Timur Tengah. Beberapa Icon kharismatik (Pimpinan Taliban, Saddam Hussein, Muammar Khadafi, dll) yang tak bisa dikontrol pun seakan ingin dihabisi untuk memuluskan agenda politik terselubung dari Amerika Serikat dan Sekutunya. Produksi senjata yang melimpah milik negara Barat seakan menemukan pasar baru yang subur dan gembur apabila terjadi konflik peperangan disuatu negara. Ambisi perang itupun mendapat momentum legitimasi dari gejolak intern di Libya dan resolusi PBB tentang No Fly Zone di Libya. Semua itu menjadi pembenar terhadap perang yang diluncurkan Negara barat.
Jika atas nama demokrasi, keamanan dunia, kemanusiaan dan pelanggaran HAM yang dilakukan Muammar Khadafi yang membantai rakyatnya, Negara Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan perang besar terhadap Negara di Timur Tengah. Mengapa hal yang sama tidak dilakukan mereka terhadap Israel yang sudah cukup lama secara terus menerus membantai rakyat Palestina tak berdosa. Masyarakat muslim minoritas di banyak negara yang tertindas dan terdiskrimani oleh otoritas pemerintah yang merupakan kelompok mayoritas, sebut saja di Filipina, Thailand, dll. Lalu berapa banyak pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pasukan bersenjata negara Barat terhadap rakyat sipil tak berdosa di Afganistan, Irak dan Libya. Semua alasan logis itu seakan tak berguna bagi negara sekutu yang memiliki agenda politik yang terselubung dari aksi invasi militer yang dilaksanakan.
Penyelesaian masalah konflik di Libya memang dilematis. Masyarakat dunia seakan dihadapi dengan dua pilihan yang sama-sama merugikan. Yang pertama, membiarkan Libya menyelesaikan masalahnya sendiri dengan konsekuensi Khadafi akan bersikap sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan kakerasan yang akan terjadi, dengan kemungkinan akan bisa diatasi dengan cara ala Khadafi. Yang kedua, dengan cara intervensi militer oleh negara luar, walaupun tujuannya baik tapi melihat dari invasi militer di Afganistan dan Irak akan berakibat menimbulkan gejolak dan kerusakan yang berkepanjangan yang menimbulkan lebih banyak korban, biaya dan tenaga untuk menyelesaikannya. Belum lagi hal itu menjadi momentum baik bagi agenda politik terselubung negara Barat yang melancarkan invasi, momentum itu tentu dimanfaatkan secara baik dan berlebihan oleh negara Barat.
Tentu kedua pilihan itu bukanlah yang kita inginkan bagi penyelesaian konflik di Libya. Belajar dari strategi pemberantasan terorisme oleh Amerika Serikat yang gagal dengan cara perang, lalu mengambil cara lain yaitu mendukung dan membantu reformasi dan deradikalisasi umat beragama sebagai ladang penyemaian teroris. Maka cara itu dilakukan secara jangka panjang yang lebih efektif dan berdampak pada pemberantasan tarorisme. Dalam artian membantu dan mendukung umat beragama untuk mereformasi dan membersihkan dirinya secara internal dari penyakit radikalisme. Mungkin cara memberikan dan dukungan bagi masyarakat Libya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri secara internal adalah cara yang lebih santun dan mungkin lebih efektif untuk menyelesaikan krisis Libya sacara jangka panjang. Walau bersifat jangka panjang tapi mungkin lebih bisa menekan korban dan kerusakan yang terjadi bila dibandingkan dengan memilih jalur peperangan yang justeru akan menimbulkan masalah baru berkepanjangan.
Banyak para pengamat memaparkan bahwa yang perlu dilakukan oleh masyarakat internasional adalah bersuara keras terhadap Negara Sekutu untuk lebih professional dan proporsional dalam melaksanakan resolusi PBB tentang No Fly Zone di Libya. Hal yang ditakutkan banyak pihak adalah landasan ini dipakai oleh negara sekutu secara berlebihan dan melancarkan agenda politik terselubung. PBB pun harus berani menginvestigasi pelanggaran HAM yang tidak hanya dilakukan oleh Khadafi, tapi serangan pasukan sekutu yang sangat berpotensi menimbulkan korban masyarakat sipil tak berdosa.
Inilah model baru Perang Dunia ketiga antara negara Super Power dan sekutunya yang merasa dirinya berwenang terhadap keamanan dunia kepada negara kecil yang dikondisikan menjadi ancaman bersama dan harus dimusnahkan.

Selasa, 22 Maret 2011

Penggalangan dana untuk Ica Robiansyah


Penggalangan dana untuk membantu biaya operasi Ica Robiansyah terus mengalir. Tak hanya kalangan masyarakat, para mahasiswa di Pontianak Kalbar, juga turut ambil peranan dan bersimpati peduli dengan apa yang telah dialami Ica Robiansyah. Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Ica Robiansyah adalah bocah berusia tujuh (7) tahun yang menderita tumor ganas yang menyerang kedua matanya. Ica Robianyah adalah seorang anak laki-laki yang telah ditinggal meninggal ibunya (Eka Rafi’ah) sejak dilahirkan pada tanggal 19 September 2004 lalu. Ica Robiansyah tumbuh dan dibesarkan kakek (Rumianto) dan neneknya (Sumiarti), merupakan warga yang kurang mampu. Rumianto sehari-hari hanya bekerja hanya sebagai pengayuh becak. Sedangkan Sumiarti hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Tempat kediaman mereka, di Kelurahan Bukit Batu Kecamatan Singkawang Tengah. Selama ini kakek dan neneknya telah berupaya dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan penyakit Ica. Namun mereka pasrah karena benturan biaya pengobatan rumah sakit yang sangat mahal.

Bersyukur, akhirnya pada tanggal 2 Maret 2011 yang lalu, Ica Robiansyah akhirnya berhasil dibawa ke Rumah sakit Normah Kuching Sarawak Malaysia, setelah penggalangan dana yang dihimpun dari Forjuss (Forum Jurnalis Singkawang), masyarakat Singkawang dan sekitarnya dirasakan mencukupi untuk biaya keberangkatan dan kepengurusan admintrasi dan penempatan Ica di rumah sakit Normah Kuching Sarawak Malaysia.
Hingga Senin, (21/3) kemarin, Robby Wijaya, Pimpinan Redaksi Kalbar Times mengatakan hasil penggalangan dana untuk membantu Ica yang telah terkumpul sebesar Rp. 42. 465. 830 (Empat Puluh Dua Juta Empat Ratus Enam Puluh Lima Delapan Ratus Tiga Puluh Rupiah). Sementara dana yang dibutuhkan untuk biaya operasi dan pengobatan Ica di rumah sakit Normah, mencapai kurang lebih sebesar Rp. 195. 000. 000 ,- (Seratus Sembilan Puluh Lima Juta Rupiah).
“Saya beserta rekan Forjuss (Ari TVRI/RRI, Zulkarnain Pontianak Post, Nurmala Borneo Tribune), Sabtu (19/3) telah melihat langsung kondisi Ica dan telah bertemu langsung dengan dokter dan perawat yang menangani Ica, dan mereka mengatakan kemotherapy Ica berjalan lancar. Kami bersyukur sekali, dan akan terus menggalang dana buat persiapan biaya operasi Ica yang akan berlangsung dua pekan lagi,” jelas Robby Wijaya, Senin (21/3).
Ia juga menambahkan kekeliruan pemberitaan harian Borneo Metro tanggal 13 Maret 2011 mengenai jumlah dana yang terkumpul oleh Aksi penggalangan dana yang dilakukan mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIN Pontianak, agar segera diklarifikasi ulang kebenaran pemberitaannya.
“Karena setelah Saya hubungi langsung Presiden BEM STAIN Pontianak Ariyadi Eko Priasmono mengatakan, saat ini telah berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat, berjumlah Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah (Rp. 2. 400. 000). Bukan senilai Rp 80 Juta ( Delapan Puluh Juta Rupiah) seperti yang diberitakan Borneo Metro tanggal 13 Maret 2011 halaman 5,” pungkasnya.

sumber:http://www.borneotribune.com/singkawang/ica-butuh-rp-195-juta-untuk-operasi.html

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites